Versi PBB, Jakarta Kota Terpadat di Dunia, Salip Dhaka dan Tokyo

Jakarta kini berstatus kota terpadat di dunia. Jakarta menyalip Dhaka, Bangladesh; dan Tokyo, Jepang.

Editor: Tan
Jakarta kini berstatus kota terpadat di dunia. Jakarta menyalip Dhaka, Bangladesh dan Tokyo, Jepang. (Foto: Ilustrasi/Ist)
JAKARTA — Jakarta kini berstatus kota terpadat di dunia. Jakarta menyalip Dhaka, Bangladesh; dan Tokyo, Jepang.

Berdasarkan laporan terbaru World Urbanization Prospects 2025: Summary of Results yang dirilis Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB (UNDESA), Jakarta kini dihuni hampir 42 juta jiwa dalam kawasan metropolitan. Jumlah ini menempatkan Jakarta di posisi pertama, mengungguli Dhaka di Bangladesh yang mendekati 40 juta penduduk dan Tokyo di Jepang dengan sekitar 33 juta penduduk.

Dikutip dari laman resmi PBB, Senin (24/22/2025), pada tahun 1950 populasi global berjumlah 2,5 miliar dan hanya 20 persen yang tinggal di wilayah perkotaan. Pada 2050, diproyeksikan dua pertiga pertumbuhan global akan terjadi di kota-kota dan sisanya di kota kecil.

Selain itu, “megacity” – kawasan metropolitan dengan 10 juta penduduk atau lebih – akan terus berkembang sementara wilayah pedesaan akan semakin menyusut, kecuali di Afrika sub-Sahara.

Laporan ini dirilis ketika negara-negara tengah merumuskan komitmen aksi iklim pada COP30 di Belem, Brasil, dan menegaskan bahwa percepatan urbanisasi menjadi faktor penting dalam pembangunan berkelanjutan dan ketahanan iklim.

Urbanisasi adalah kekuatan penentu di era kita. Ketika dikelola secara inklusif dan strategis, urbanisasi dapat membuka jalur transformatif bagi aksi iklim, pertumbuhan ekonomi, dan keadilan sosial,” kata Kepala UNDESA Li Junhua.

Menurut Li, untuk mencapai pembangunan teritorial yang seimbang, negara-negara harus mengadopsi kebijakan nasional terpadu yang menyelaraskan perumahan, tata guna lahan, mobilitas, dan layanan publik di wilayah perkotaan dan pedesaan.”

UNDESA mencatat jumlah megacity—kawasan metropolitan berpenduduk lebih dari 10 juta jiwa—melonjak empat kali lipat sejak 1975, dari hanya delapan menjadi 33 kota, dan 19 di antaranya berada di Asia. Kairo menjadi satu-satunya kota non-Asia yang masuk 10 besar.

Jumlah megacity diproyeksikan bertambah menjadi 37 pada 2050 seiring Addis Ababa, Dar es Salaam, Hajipur, dan Kuala Lumpur yang diperkirakan segera menembus populasi 10 juta.

Meski megacity terus berkembang, laporan tersebut juga menyoroti bahwa kota kecil dan menengah tumbuh lebih cepat, terutama di Afrika dan Asia. Dari 12.000 kota yang dianalisis, 96 persen memiliki kurang dari satu juta penduduk, dan 81 persen bahkan di bawah 250.000.

Meski banyak kota terus berkembang, laporan tersebut mengungkapkan bahwa kota lain justru mengalami penurunan populasi. “Sebagian populasi kota menyusut meski populasi nasionalnya bertambah, sementara yang lain bertambah meski populasi nasional menurun,” tulis laporan itu.

Sebagian besar kota yang menyusut memiliki kurang dari 250.000 penduduk pada 2025. Lebih dari sepertiganya berada di Tiongkok dan 17 persen berada di India.

Namun, Kota Meksiko dan Chengdu, Tiongkok, termasuk di antara kota besar yang juga mengalami penurunan populasi.

Kota kecil dan wilayah pedesaan

Sementara itu, kota kecil – yang didefinisikan memiliki setidaknya 5.000 penduduk – menjadi bentuk permukiman paling umum di lebih dari 70 negara, kelompok yang beragam termasuk Jerman, India, Uganda, dan Amerika Serikat.

Wilayah pedesaan masih menjadi bentuk permukiman paling umum di 62 negara, dibanding 116 negara pada tahun 1975, dan jumlah ini diperkirakan turun lagi menjadi 44 pada 2050.

Afrika sub-Sahara menjadi satu-satunya wilayah yang terus mencatat pertumbuhan dalam kategori ini dan diperkirakan menyumbang hampir seluruh pertumbuhan populasi pedesaan di masa depan. (srm/era)

Share:
Komentar

Berita Terkini