Gerakan Genting Langkah Bersama Cegah Stunting di Timor Tengah Selatan

Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) mencatat kasus stunting tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan angka mencapai 56,8 persen berdas

Editor: DIG author photo

NTT - Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) mencatat kasus stunting tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan angka mencapai 56,8 persen berdasarkan data SSGI 2024. 

Artinya, lebih dari separuh balita di wilayah tersebut berisiko mengalami gagal tumbuh dan kehilangan masa depan yang sehat.

Namun, di tengah kondisi yang mengkhawatirkan itu, lahirlah Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) — sebuah inisiatif sosial yang menjembatani banyak pihak untuk ikut menolong generasi masa depan agar terbebas dari ancaman stunting.

Salah satu penerima manfaat gerakan ini adalah Adelia Mone, warga Desa Pusu, Kecamatan Amanubah Barat. Perempuan berusia 38 tahun ini mendapatkan paket bantuan berisi suplemen vitamin dan bahan pangan bergizi untuk tiga bulan ke depan.

Di desanya, akses terhadap air bersih masih sulit dan hasil panen sering tidak menentu. Akibatnya, makanan bergizi menjadi sesuatu yang langka dan mahal.

“Saya merasa senang dan bersyukur kepada Tuhan. Ini baru pertama kali kami mendapat bantuan berupa paket nutrisi dan suplemen vitamin. Harapan ke depan, semoga stunting bisa dicegah,” ujar Adelia, dikutip dari siaran resmi Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) / Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kamis (30/10/2025).

Kebahagiaan serupa juga dirasakan Derly Banamtuan, perempuan 28 tahun yang tengah hamil delapan bulan.

“Kami merasa sangat senang. Harapannya, bayi dalam kandungan saya lahir sehat dan kami bisa terbebas dari stunting,” ungkapnya.

Gerakan Genting merupakan gagasan Kemendukbangga/BKKBN dengan dukungan sejumlah mitra, seperti Yayasan Kitabisa NTT, PT Telkom Indonesia, PT Bank Mandiri Tbk, dan Blackmores.

Melalui gerakan ini, mereka menyalurkan bantuan berupa air bersih, pembangunan fasilitas MCK (mandi cuci kakus) komunal, serta intervensi gizi berupa suplemen vitamin selama tiga bulan untuk 150 keluarga berisiko stunting (KRS) di Timor Tengah Selatan.

Deputi Penggerakan dan Peran Serta Masyarakat Kemendukbangga/BKKBN, Sukaryo Teguh Santoso, menegaskan bahwa GENTING bukan sekadar program bantuan, melainkan sebuah gerakan moral bersama.

“Kita harapkan Genting menjadi gerakan moral dari kita semua sebagai anak-anak bangsa di NTT,” ujar Sukaryo.

Ia menambahkan, kerja keras, inovasi, dan kolaborasi lintas pihak merupakan kunci keberhasilan dalam menekan angka stunting di daerah tersebut.

Sementara itu, Bupati Timor Tengah Selatan, Eduard M. Lioe, menilai bahwa bantuan harus diberikan dengan durasi yang cukup panjang agar hasilnya dapat dirasakan nyata oleh masyarakat.

“Jangan memberi bantuan hanya untuk waktu pendek, misalnya 15 hari. Minimal bantuan diberikan selama tiga bulan agar ada perubahan yang benar-benar terlihat,” tuturnya.

Melalui Gerakan Genting, pemerintah dan masyarakat Timor Tengah Selatan berharap dapat memutus rantai stunting secara berkelanjutan, demi mewujudkan generasi NTT yang lebih sehat dan kuat di masa depan. (SRM/Net)

Share:
Komentar

Berita Terkini