![]() |
| Ilustrasi bayi sedang diimunisasi di Kota Medan. (Foto/bersih) |
Seperti, masyarakat khawatir vaksin yang digunakan untuk diimunisasi sudah kadarluarsa. Selain itu, banyak juga masyarakat yang masih meragukan kualitas vaksin untuk imunisasi bayi tersebut.
Anggota Komisi II DPRD Kota Medan , dr.Faisal Arbie mengungkapkan, berdasarkan keterangan kader Posyandu di Dapilnya, kebanyakan orang tua si bayi tidak punya waktu membawa anaknya untuk Imunisasi.
Bahkan kader Posyandu sampai jemput bola mendatangi rumah-rumah warga. "Kami hanya bisa menyarankan tidak bisa memaksa. Sebab jika dipaksakan nanti akan muncul dinamika. Karena mereka bekerja dan tidak punya waktu membawa imunisasinya," ujarnya.
Berdasarkan fakta tersebut, Faisal Arbie tak memungkiri bahwa masih banyak masyarakat yang tak ingin anaknya diimunisasi, dengan sejumlah alasan di atas.
“Memang, berbagai kekhawatiran seperti itulah yang menyebabkan cakupan vaksin di Kota Medan masih sangat rendah,” papar dr Faisal Arbie, Senin (3/11/2025).
Sebagai solusinya, dr.Faisal Arbie menyarankan Dinas Kesehatan Pemko Medan menyosialisasikan pentingnya imunisasi terhadap bayi, melalui Dinas Kominfo .
Faisal Arbie menilai bahwa gerakan imunisasi ini dilaksanakan secara masif dan yakin bahwa vaksin yang tersedia adalah obat yang masih bagus dan terbaik.
“Jika Pemko Medan siap kita juga siap menyosialisasikan imunisasi itu ke seluruh Dapil kita saat Reses maupun Sosper ,” pungkas politisi dari Fraksi Nasdem itu.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Medan , dr Pocut Fatimah Fitri mengatakan, dua kecamatan di Kota Medan dengan tingkat imunisasi paling rendah yakni, Kecamatan Medan Denai dan Medan Amplas .
Berdasarkan data Aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK) untuk Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) bagi bayi usia 11 hingga 29 hari, dari tahun ke tahun persentasenya tidak meningkat justru semakin jeblok.
Berdasarkan data, Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) tahun 2023, jumlah bayi yang diimunisasi hanya 60,09 persen, tahun 2024 mengalami peningkatan sebesar 73,65 persen. Namun di tahun berikutnya, tahun 2025, mulai Januari hingga September bayi yang diimunisasi hanya 35,84 persen.
Begitu juga dengan Imunisasi Baduta Lengkap (IBL) yang diperuntukan bagi anak usia 12-24 bulan. Pada tahun 2023 bayi usia 2 tahun yang diimunisasi hanya 16,23 persen, tahun berikutnya 2024 meningkat sedikit yakni, 55,08 persen dan tahun 2025 dari Januari hingga September hanya mencapai 30,5 persen.
Yang tak kalah parahnya adalah Imunisasi bagi anak sekolah yang dikenal dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) untuk siswa kelas 1 hingga kelas 6 SD.
Pada tahun 2023 siswa sekolah hanya 1,48 persen yang mengikuti imunisasi. Tahun 2024 naik 5,8 persen, dan pada tahun 2025 hingga September kembali turun menjadi 2,52 persen.
"Petugas Puskesmas pun sudah lelah menghadapi masyarakat. Bahkan dokter anak sudah berkeliling ke 21 kecamatan agar ibu yang punya anak ikut mengimunisasikan anaknya. Tapi belum juga naik presentase anak yang diimunisasi," kesal Pocut. (Dicky Irawan)
