Dingin Ekstrem dan Banjir: Ratusan Ribu Warga Palestina Bertahan Hidup di Tenda Pengungsian

Suhu dingin ekstrem dan banjir saat ini harus dihadapi ratusan ribu warga Palestina yang bertahan hidup di tenda pengungsian seluruh Jalur Gaza. Situa

Editor: Tan
Seorang petugas membersihkan genangan air di jalan dekat kamp pengungsian warga Palestina, setelah hujan pertama musim dingin di Gaza City, Jumat (14/11/2025). (Foto: AFP)
JAKARTA - Suhu dingin ekstrem dan banjir saat ini harus dihadapi ratusan ribu warga Palestina yang bertahan hidup di tenda pengungsian seluruh Jalur Gaza. Situasi memprihatinkan ini terjadi akibat ulah Israel yang masih terus memblokir pengiriman tenda dan berbagai perlengkapan tempat tinggal penting.

Dilansir Al Jazeera, organisasi kemanusiaan sejak berminggu-minggu telah memperingatkan bahwa warga Palestina yang tinggal di kamp-kamp tenda dan tempat penampungan darurat, tidak memiliki perlengkapan dasar untuk menghadapi musim dingin ekstrem di wilayah pesisir tersebut.

Banyak pengungsi bahkan telah berpindah tempat berkali-kali akibat dua tahun pengeboman Israel yang merusak dan menghancurkan lebih dari 198.000 bangunan di seluruh Gaza, menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Saya menangis sejak pagi,” ujar seorang ibu dua anak yang mengungsi di Gaza City kepada Al Jazeera pada Sabtu (15/11) waktu setempat, sambil menunjuk tenda keluarganya yang terendam banjir setelah hujan deras semalaman.

Perempuan yang tidak menyebutkan namanya itu mengaku sangat kesulitan memenuhi kebutuhan anak-anaknya setelah beberapa anggota keluarganya, termasuk suaminya, tewas dalam perang yang dimulai pada Oktober 2023.

“Saya membutuhkan tenda yang layak, kasur, dan selimut. Saya ingin anak-anak saya punya pakaian yang pantas. Saya tidak punya siapa pun… Tidak ada yang bisa membantu saya,” katanya

PBB dan berbagai lembaga kemanusiaan telah mendesak Israel mencabut seluruh pembatasan bantuan ke Gaza, wilayah yang mencatat lebih dari 69.000 korban tewas dalam lebih dari dua tahun perang.

Namun, Pemerintah Israel tetap mempertahankan pembatasan ketat terhadap aliran bantuan, meskipun gencatan senjata dengan Hamas sudah berlaku sejak 10 Oktober.

Awal bulan ini, lembaga bantuan memperkirakan sekitar 260.000 keluarga Palestina, dan hampir 1,5 juta orang berada dalam kondisi sangat rentan menjelang puncak musim dingin.

Penderitaan di Atas Penderitaan

Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan, mereka memiliki cukup perlengkapan tempat tinggal untuk membantu hingga 1,3 juta warga Palestina. Namun, semua itu tidak dapat dibawa masuk ke Gaza akibat pembatasan Israel.

Kepala UNRWA Philippe Lazzarini pada Sabtu menegaskan bahwa pengiriman bantuan kini lebih krusial daripada sebelumnya, karena musim dingin bertepatan dengan krisis pengungsian besar-besaran di Gaza.

“Gaza sedang dingin dan basah. Para pengungsi menghadapi musim dingin yang berat tanpa perlengkapan dasar untuk melindungi mereka dari hujan dan dingin,” ujarnya di media sosial.

Lazzarini menggambarkan situasi kemanusiaan ini sebagai “penderitaan di atas penderitaan”, mengingat tempat penampungan yang rapuh dengan cepat kebanjiran hingga membuat barang-barang warga basah kuyup. “Perlengkapan tempat tinggal tambahan sangat mendesak dibutuhkan,” jelasnya.

Di Az-Zuwayda, Gaza Tengah, banyak warga tidak punya pilihan selain bertahan di tenda-tenda yang bocor dan tergenang air karena lingkungan tempat tinggal mereka telah hancur dan seluruh penampungan penuh.

“Orang tua tidak mampu membeli pakaian musim dingin, sepatu, atau sandal untuk anak-anak mereka,” katanya. “Keluarga-keluarga dibuat tak berdaya, tanpa tahu apa yang bisa dilakukan,” tambahnya.

Pada Sabtu malam, militer Israel menembakkan suar di wilayah tenggara Khan Younis, menurut keterangan sumber-sumber lokal di Gaza selatan. Suar biasanya ditembakkan untuk menerangi posisi target atau menandai serangan yang akan datang.

Sebelumnya, Israel juga melancarkan serangan udara di dalam garis demarkasi “garis kuning” gencatan senjata di dekat Khan Younis, serta di Gaza City di bagian utara.(srm/era)

Share:
Komentar

Berita Terkini