 |
| Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto. (Foto : sindonews/ist) |
Tak dipungkiri, sejak sejarah Soeharto ikut memberikan dampak besar terhadap Indonesia. Mulai dari masa revolusi hingga era pembangunan di Indonesia.
Menanggapi hal itu, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Dadang Kahmad mengatakan bahwa kontribusi positif Soeharto untuk Indonesia, memang tidak bisa dihapus oleh sejarah.
Prof Dadang menilai Presiden ke-2 Indonesia itu tidak hanya seorang pemimpin politik, tetapi juga pejuang yang pernah terlibat langsung dalam revolusi kemerdekaan.
Salah satu peristiwa monumental yang menunjukkan peran besar Soeharto adalah Serangan Umum 1 Maret 1949, di mana ia menjadi salah satu komandan lapangan.
Melalui aksi serangan 1 Maret 1949 itu, berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia masih memiliki kekuatan untuk mempertahankan kemerdekaan.
“Beliau turut berjuang dalam perang gerilya dan memainkan peran penting dalam Serangan Umum 1 Maret. Momentum itu menjadi strategi penting bagi pengakuan kedaulatan Indonesia di mata dunia. Karena itu, sudah selayaknya Soeharto mendapatkan gelar Pahlawan Nasional,” tegas Prof. Dadang Kahmad dalam keterangannya, Jumat (7/11/2025).
Selain di masa perjuangan, bahkan di era revolusi, Soeharto juga memiliki peran yang sangat penting di era pembangunan nasional. Selama 32 tahun memimpin, Soeharto berhasil mengubah wajah Indonesia.
"Soeharto layak memperoleh penghargaan atas pengabdian dan kontribusinya, baik pada masa perjuangan maupun saat memimpin Indonesia dalam pembangunan nasional,” pungkasnya.
Terpisah, Guru Besar Universitas Hasanuddin, Prof Marsuki menilai, pengabdian Soeharto selama lebih dari tiga dekade menjabat sebagai presiden, Soeharto berhasil membawa Indonesia mencapai berbagai kemajuan, terutama di bidang ekonomi, pertanian dan pembangunan infrastruktur.
“Dengan berbagai pembangunan yang dilakukan, mulai dari swasembada pangan, stabilitas ekonomi, hingga peningkatan kesejahteraan rakyat, beliau sangat layak mendapatkan gelar Pahlawan Nasional,” jelas Prof Marsuki, melansir dari republika.co.id, Jumat (7/11/2025). (dicky irawan)
